JENDELARIA.COM, (DUMAI) - Perkumpulan Ram Sawit Kota Dumai (PRSKD) adakan pertemuan untuk menanggapi keluhan yang terjadi ditengah masyarakat, khususnya para petani sawit yang ada di Kota Dumai terkait anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit yang saat ini berkisar lebih kurang Rp. 800 ke petani sawit. Sabtu, (25/06/2022).
Bertempat disalah satu Kedai Kopi yang ada di Kota Dumai, pertemuan ini dihadiri oleh Adat Simanjuntak Ketua PRSKD, Edi Sekretaris, Ishak Humas, serta Adi selaku Pengawas dan segenap anggota PRSKD.
Menyikapi pertemuan ini, Ketua Perkumpulan Ram Sawit Kota Dumai (PRSKD) Adat Simanjuntak mengatakan bahwa pertemuan pada hari ini adalah untuk menanggapi keluhan dari masyarakat (petani sawit) terkait anjloknya harga TBS, karena sudah tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan harian mereka para petani kelapa sawit.
"Berdasarkan dari keluhan dari masyarakat, maka PRSKD melakukan pertemuan untuk menyikapi serta mencari solusi bagaimana dengan anjloknya harga TBS ini bisa kembali stabil harganya," ungkap Adat.
Adat Simanjuntak menambahkan, serta disini sangat disayangkan karena PT Meridan Sejati Surya Plantation sudah tidak mau menerima TBS tempatan (petani lokal), padahal diawal-awal beroperasi mereka menerima TBS tempatan, namun seiring berjalannya waktu pabrik tersebut menolak TBS dari petani sawit tempatan.
"Jadi disamping harga TBS sawit yang anjlok sekarang ini, bertambah pula Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berdomisili di area Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai tersebut tidak mau menerima TBS sawit tempatan. Itulah yang menyebabkan sehingga munculnya semacam ketidakpuasan petani sawit tempatan dan pengurus PRSKD ini," sebut Adat.
Masih menurut keterangan Adat Simanjuntak, Jadi dari hal-hal tersebut lah maka diadakan pertemuan pada hari ini untuk membahas tentang sikap dari PKS tersebut. Mungkin dalam jangka waktu yang tidak lama lagi kita akan melakukan Aksi Damai (Demo) di depan Gate PT Meridan Sejati Surya Plantation.
"Harapan dari kami (PRSKD), bagaimana caranya dari Pemerintah untuk dapat mendongkrak harga TBS yang anjlok sekarang agar bisa kembali normal, demi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat petani sawit.
Serta jangan sampai Pabrik-pabrik yang telah ada ini tutup, karena jika Pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit ini tutup, mungkin anjloknya harga TBS ini akan lebih parah lagi daripada harga TBS sekarang ini.
"PRSKD mewakili dari suara dan ungkapan hati para petani sawit mengharapkan bagaimana caranya untuk menormalkan kembali harga yang telah anjlok seperti sekarang ini, harapannya harga TBS bisa kembali pada kisaran harga Rp. 2000 - Rp. 2.500," pungkas Adat Simanjuntak Ketua PRSKD.
Pada kesempatan ini, awak media mencoba meminta tanggapan H. Abdul Kasim, SH Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Dumai terhadap adanya keluhan yang disampaikan oleh masyarakat (petani sawit) kepada PRSKD. Abdul Kasim menyampaikan, Saya sangat prihatin terhadap petani swadaya perkebunan kelapa sawit, banyak TBS mereka tidak bisa dipanen karena pertama sekali dengan harga yang cukup murah dan kedua banyak pihak-pihak pabrik PKS yang tidak membeli TBS masyarakat.
"Sehingga ini menimbulkan kelemahan ekonomi bagi masyarakat petani swadaya sesuai dengan yang disampaikan oleh Ketua Umum (Ketum) bahwa harga CPO di luar negeri sana cukup tinggi dan juga ditambah dengan program pemerintah pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar," imbuh Abdul Kasim yang juga menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Riau.
Abdul Kasim menerangkan, saya rasa ini tidak ada kelebihan minyak CPO, tapi begitu kita amati SP Import menurut saya masih dibatasi oleh pemerintah, maka dari itu saya berharap kepada seluruh PKS yang berada di kawasan Kota Dumai untuk dapat membeli TBS perkebunan masyarakat swadaya supaya kesenjangan ekonomi mereka tidak begitu terpuruk dan untuk itu harus sesuai harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Riau.
"Dan juga saya menghimbau kepada Pemerintah Provinsi Riau yang mempunyai kewenangan untuk dapat berkoordinasi atau mengundang seluruh pengusaha PKS tentang harga TBS dan juga tentang pembelian TBS masyarakat tersebut, karena kalau dibiarkan berlamaan maka perekonomian masyarakat perkebunan kelapa sawit ini akan terpuruk jauh," lanjut Abdul Kasim.
Karena biaya operasional mereka cukup tinggi, harga pupuk juga tinggi dan juga meminta kepada PT Pupuk Indonesia untuk mengimbangi harga sawit dengan harga pupuk, karena kalau tidak diimbangi maka perkebunan masyarakat swadaya ini bisa-bisa tidak akan terlaksana di pemupukan terhadap perkebunannya sehingga nanti akan terjadi penurunan produksi hasil perkebunan masyarakat.
"Kita berharap agar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk mencari solusi terhadap TBS warga masyarakat yang sampai saat ini ada beberapa perusahaan yang tidak mau menerima TBS masyarakat, menjadi tanda tanya kita bahwa apakah perusahaan tersebut diutamakan pengelolaan perkebunannya atau penuhnya teknik penumpukan mereka karena tidak diekspor secara maksimal," sebut Abdul Kasim penuh tanda tanya.
"Kami atas nama Asosiasi sangat prihatin terhadap kondisi pertanian perkebunan swadaya tersebut dan saya menghimbau kepada seluruh petani swadaya tetap semangat tetap menjaga kebunnya. Jangan sempat tidak terawat, InsyaAllah pada waktu dekat ini pemerintah akan juga mencari solusinya," tutup Abdul Kasim sembari mengakhiri.
Sementara Humas PT Meridan Sejati Surya Plantation saat dikonfirmasi Via WhatsApp perihal apakah PT Meridan Sejati Surya Plantation masih menerima Sawit TBS Lokal (Dumai), sampai berita ini diterbitkan tidak ada tanggapan maupun bantahan yang dilontarkan.*** (TIM)
Komentar
Posting Komentar