JENDELARIAU.COM, (PADANG LAWAS) - Seiring dengan perkembangan daerah sudah pasti diiringi berbagai macam persoalan yang kerap terjadi dihadapi para pelaku profesi. Hanya saja rekaman dinamika yang terjadi itu jarang terdukomentasi apalagi terpublikasi secara luas.
Sebagai seorang jurnalis, tentunya dalam berhadapan dengan berbagai macam ragam persoalan wajib berpegang pada etika profesi jurnalis sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
Namun, ketika etika tersebut dilalaikan maka yang datang adalah kontroversi, cibiran bahkan sikap sinis dari masyarakat akibat perilaku oknum pelaku pers yang dinilai tidak profesional dalam menjalankan aktifitasnya sebagai seorang jurnalis.
Untuk itu, kita harus Waspada terhadap Wartawan Gadungan alias " Paramex " Dalam bahasa jurnalistik berkonotasi negatif, karena istilah " Paramex " cenderung merujuk pada segerombolan wartawan tanpa media yang jelas, bahkan tidak pernah menulis sekalipun.
Hanyalah memasuki berbagai instansi atau lembaga pemerintah serta swasta, yang bertujuan hanyalah memburu amplop dari pihak narasumber.
Mengaku dirinya sebagai wartawan dari media resmi dengan sifat Percaya diri yang tinggi, Wartawan Paramex adalah wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala. Padahal dari dulu Paramex merupakan obat untuk meredakan sakit kepala.
Wartawan yang diduga gadungan alias Muncul Tanpa Berita (Muntaber) terkenal dengan sebutan “ Paramex ” ini biasanya bergerak secara berkelompok, minimal empat orang atau lebih.
Misi mereka hanya satu, yakni untuk memburu amplop yang berisikan uang. Bila tidak dikasih, maka mereka tidak akan meninggalkan lokasi yang mereka kunjungi. Mereka cenderung memburu ‘siapa’ pihak humas atau penyelenggara pada suatu event/acara.
Untuk membubarkan kelompok wartawan gadungan ini, mau tidak mau, pihak humas/panitia atau penyelenggara event/acara akan mengeluarkan amplop yang berisikan uang.
Tragisnya lagi adalah, diantara mereka ada yang kurang sopan, langsung membuka amplop yang diberikan dan apabila uangnya sedikit maka berani mengatakan ‘tidak terima’ dan meminta lebih dari yang diduga.
Wartawan tersebut cenderung tidak beretika. Sering bertingkah bak seorang preman, amatiran dan suka memalak (memeras). Penyebutan " wartawan " kepada pihak instansi pemerintah ataupun swasta tentulah sangat tidak tepat, dan akan mencoreng nama baik pihak wartawan yang sebenarnya.
Wartawan jenis ini sebut saja wartawan gadungan. Itu karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki media resmi, baik yang berskala regional maupun nasional. Parahnya lagi, ada pihak pemerintahan, khususnya di bagian kehumasan, sengaja bermitra dan memanfaatkan keberadaan wartawan dengan Slogan " Paramex " tersebut untuk tujuan tertentu, istilahlahnya Kerjasama yang baik, begitulah kira kira.
Sasaran mereka untuk dipalak, biasanya pejabat di lingkungan Pemda, dari yang terkecil jabatan, diantaranya kepala seksi (kasi), kepala bidang (kabid), sampai kepada kepala dinas (kadis). Mereka juga mendatangi para camat, kepala desa serta para kepala sekolah.
Mereka menjalankan aksinya dengan modus berpura-pura meminta konfirmasi berita ini dan itu, sampai amplop berisi uang keluar. Ciri-ciri wartawan bodrex, saat melakukan kunjungan ke lokasi yang dituju, suka sekali mengumbar atau men-expose atau menonjolkan indentitas dirinya sebagai seorang wartawan (Pers).
Kata pers atau wartawan biasanya sengaja dimunculkan di rompi atau jaket, atau pada pakaian seragam (uniform) mereka. Dan mereka terkesan bangga serta angkuh saat mengenakannya.
Waspadalah !! wartawan Gadungan yang saat ini semakin menjamur dan kerap membuat para pejabat, baik di pemerintahan maupun swasta akan sakit kepala bila berhadapan dengan kelompok mereka tersebut.
Ketua DPC Perkumpulan Media Online Indonesia (MOI) Kabupaten Padang Lawas Aswin Kurnia bersama Sekretaris M.Edi Riski Tasosa dan Bendahara Sahat Gemayel Lubis, menghimbau dan menyarankan supaya bila bertemu dengan oknum yang mengaku dirinya sebagai wartawan dan suka menonjolkan diri sebagai wartawan, maka tanyakan terlebih dahulu kartu (ID Card) medianya dan kartu organisasi wartawan tingkat nasional, kata ASWIN di Lokasi Komplek SKPD Terpadu Sigalagala Sibuhuan, Rabu (9/3-2022) saat dijumpai beberapa Media
Bila tidak mampu menunjukkan ke dua kartu yang Anda pertanyakan, maka oknum tersebut terindikasi sebagai wartawan Gadungan alias Paramex. Perlu untuk diketahui bahwa wartawan yang sebenarnya (asli) tidak suka menonjolkan identitasnya sebagai wartawan.
Mereka cenderung low profile dan flamboyan serta kerap menutupi identitasnya sebagai wartawan. Tujuannya hanya satu yakni, cepat mengakses sumber berita di masyarakat.
Wartawan asli akan selalu mengedepankan etika dan sopan santun, dan cenderung bersikap bak seorang intel yang menyelusup agar dapat memperoleh berita. Tujuan utama wartawan yang sebenarnya adalah berita exclusive, Life for news not life for envelope, kata Aswin Kurnia yang juga Kordinator Wilayah (Korwil) Sumatera Utara di Media Online Mataperistiwa.id ini.
Komentar
Posting Komentar